Oleh : Irfansyah
Artikel ini gw tulis dalam bentuk news, masuk category “news Humanisme” yang biasa di jadiin artikel news buat sekolah. jadi maklum aja kalau kata-katanya rada tinggi, n baku. Emang gw kalau nulis rada kayak bunglon, tergantung karya tulis apa yang lagi gw tulis.. so.. nikmatin aja…
Mencari rupiah, semakin sulit, sekeras apa pun akan di capai hanya untuk satu tujuan, KELUARGA.
Begitulah yang di rasakan pak ahmad, bapak dua anak, yang kru sigma temui, kamis (2/4) di atas perahunya, di kawasan sungai CBL, bapak itu sedang menarik tambang perahu, dengan muatan beberapa sepeda motor di atasnya.
“penghasilan ya lumayan, cukup untuk makan.. itu kalau cuacanya bagus, tapi kalau musim hujan, ya tidak dapat uang, sungainya meluap, perahu nggak bisa nyebrang...” ucap si tukang perahu, dengan nada lirih, sambil terus menarik tambang penghubung perahunya.
Di era yang semakin berkembang ini, tentu mencari rupiah bukanlah hal yang mudah, lebih lagi bagi mereka yang masih berfikir dan hidup seadanya, masih menggunakan cara-cara lama, tanpa mengetahui perkembangan di dunia luar. Bersyukurlah bagi anda para pembaca yang saat ini masih bisa berdiri, mengenakan seragam, mungkin juga sedang memegang sekaleng coca-cola, sambil membaca artikel ini. Atau mungkin sedang duduk santai, untuk para pelajar sedang memainkan handphone di jam istirahat, dan bagi para guru, mungkin sedang menghabiskan sisa puntung rokoknya.
Itu yang anda lakukan sekarang, tapi tidak bagi bapak dua anak, yang sigma temui pagi itu. Baginya, langit mendung adalah ancaman, dan para penumpang adalah raja, yang harus ia beri perhatian, harapannya setiap menit, agar ada orang yang mau menyebrang sungai tersebut.
Resiko yang berat ia tangung, membawa beberapa orang dan sepeda motornya menggunakan perahu getek melewati sungai CBL, banyak kemungkinan bisa terjadi, bisa tali penghubungnya putus, penumpangnya tercebur, atau perahunya bocor mendadak. Tapi ancaman itu tidak menghalangi si tukang perahu ini, untuk terus mengais rupiah. Dengan penuh semangat ia menarik tali penghubung perahu, sedikit demi sedikit, untuk sampai di seberang. Kedalaman air yang mencapai tiga meter tidak menghalanginya untuk terus mencari rupiah.
Kebetulan pagi itu cerah, sehingga perahunya bisa beroperasi dengan lancar, lain lagi jika hujan deras turun, perahu itu hanya bisa menganggur, air sungai CBL bisa meluap sampai ke jalan, arus juga teramat deras, tidak akan ada orang yang berani menyebrang, demikian juga pak ahmad, yang tidak mau terus beroperasi dan mengambil resiko perahu terbalik. Ia hanya bisa berdo’a agar hujan lekas berhenti, dan perahunya bisa kembali beroperasi.
Sulit bukan..? itulah yang pak ahmad rasakan, dan masih banyak orang-orang seperti pak ahmad, yang bahkan hidupnya lebih sulit lagi, namun belum terjamak, dari pantauan kita. Dan berbahagialah bagi anda semua yang kini bisa duduk santai, berbincang bersama teman, dan merencanakan refresing libur akhir pekan.
Sungguh beruntung bagi para pembaca yang bisa bersantai menikmati artikel ini, karena masih begitu banyak orang yang nasibnya jauh dari beruntung, tidak memiliki modal materil maupun financial. Lalu mau bagaimana..? terlalu banyak orang bodoh di negara ini, bukan karena ia ingin bodoh, tapi karena orang-orang di sekitar yang memaksanya begitu, orang-orang yang di maksud bisa teman atau pun pengajar. Teman, tidak pernah mengajak yang lainnya untuk sama-sama bersaing, mencari ilmu pengetahuan di luar sana, yang lebih menantang. Dan para pengajar, hanya mengajarkan ilmu pengetahuan yang sudah tersangkut di benaknya puluhan tahun, bahkan sampai karatan, yang di dapat dari guru yang dulu mengajarinya, sehingga ilmu pengetahuan itu terkesan kaku, tidak memiliki cita rasa akan perkembangan zaman, yang apabila mengintip keluar, akan terlihat begitu banyak ilmu pengetahuan di luar materi pembelajaran, yang sesungguhnya lebih bermanfaat di masa depan.
Maka dari itu, sudah saatnya para pembaca membuka mata dan telinga, silakan lihat dan dengar dunia yang sedang memanggil untuk melakukan perubahan, kembali lagi ke masalah pokok, bahwa semua orang di sekolahkan agar bisa menjadi lebih pintar, agar di masa depan mendapatkan pekerjaan,agar bisa mencapai satu tujuan..
Menghidupi KELUARGA.
Bekasi, 2 April 2009
20:11:45 WIB
1 komentar:
kita harus lebih memperhatikan orang di sekitar kita..
Posting Komentar
untuk menggunakan emotion di bawah, silakan masukkan kode di samping emoltion.